Minggu, 17 Januari 2010

(kembali) sesakmu, Kirana

awan abu yang memucat pasi
seakan menyenderkan kirana pada perasaan
menyebrangkan kepada pikirannya yang tak bersebrang
tidak mungkin dia terdiam karena inginnya
aku yang melihat ingin sekali meledak
tidak tahu kepada siapa, aku tidak terima bila kirana bersedih

aku bagai seorang pecundang yang tak bisa bergerak
kirana aku ingin kau tahu, aku ingin memaki
aku ingin mewakilimu untuk mencacah

usang dan lembab diruangan itu akan semakin membuat termenung
coba lah sayang bantu aku sedikit
kirana, seberapa besar kau tegar dalam harimu
setegar apapun dirimu tapi matamu menerawang jauh dalam sesakmu
kau tahu langkah yang akan kau pertontonkan tapi jauh dariku, aku sangat mengkhawatirkan dirimu
kirana, siapa dia?
kau tertohok mati tidak bisa bergerak sejak mengenalnya
apakah dia yang kau anggap bisa memberikan kebahagiaan
lantas, kenapa kau sekarang bersedih?
kau tahu analogi kita terhadap kebahagiaan?
tapi pagi ini akan ku bawa engkau ke jawaban Tuhan
buang semua percakapan kita
hilangkan segala tentang aku, tentangmu dan tentang mereka yang menginspirasi jalan kita
mari kita menuju satu pintu yang lebih hakiki
kebahagian Tuhan, kir!
kau mau?
lihat sekarang, menit ini, apa yang kau dapat, apa yang kau rasakan
lebih dari kebahagiaan yang Tuhan berikan kepadamu

kir, kenapa diammu seolah muak terhadap kataku?
kau memang keras, tidak akan pernah bisa digurui
baiklah, jika gurat matamu yang tajam itu ingin aku diam
kau memang seperti itu
membuat yang lain ingin menumpahkan keberingasan pada yang menyakitimu

kir, jika pagi ini kau ingin bermain hujan, main lah
jika hari ini kau ingin terdiam, pikirkan lah
tapi kau manusia yang bodoh bila terpuruk pada rasamu
yang kau pikirkan entah sadar atau tidak, dia masih terpejam dengan lelap
sedangkan kau disini 'gila' memikirkannya

semoga pelukan Tuhan akan selalu menghangatkan jiwamu
selalu menengkanmu bagai air yang tak beriak
cintaku padamu terlalu dalam, kirana

Tidak ada komentar: