Rabu, 20 Juli 2011

selamat pulang, Kirana!

kirana kini menatapaki dunianya yang kembali sepi
seperti hitam yang menyelimutinya, munkin saja raga bertemu dengan warna tapi tidak dengan hatinya.
hanya sepi dan sendiri.

kirana memang sosok perempuan yang tegar, ia mandiri, tetapi ia juga rapuh.
sebagai perempuan yang ideal, ku akui ia membuatku iri, seharusnya ia bisa mendapatkan lebih dari yang sekarang ini
tapi ku yakin, Tuhan Maha Adil, segalanya akan indah pada waktunya

bukan kirana ingin terburu-buru dalam hidupnya, ia sangat teliti akan hidupnya
tidak ingin melakukan kesalahan lagi, tidak ingin salah bersikap lagi.
kirana merasa pintar dan tahu apa yang harus ia lakukan
dia bukan anak kecil lagi, pola pikirnya membuatnya menjadi wanita yang dewasa
tidak lagi meributkan hal-hal kecil dan tidak penting
tapi kirana tetaplah kirana dan aku hanya orang terdekat yang hanya bisa menilainya

seperti anak kecil yang sedang merengek, kirana akhirnya terdampar pada kalimat 'putus cinta'
menangis tanpa henti seperti anak kecil yang dirampas mainannya
ia relakan dirinya tidak tidur semalaman, menangisi yang entah itu baik atau buruk baginya

"aku punya cara, dan ikuti caraku", kira-kira begitulah katanya.

Aldi. lelaki yang usianya jauh lebih muda dan beda agama itu, telah masuki harinya
bagiku lelaki itu tidak istimewa, aku tidak tahu apa kirana sedang cinta buta atau apa
tetapi tatapan matanya berbinar saat aldi bersamanya tapi ada ketakutan jauh didalam matanya.

aldi, teman kuliah kirana, ia baru mengenalnya dua bulan terakhir ini, selama ini mereka tidak saling berkomunikasi, hanya sapaan kecil saja
tapi semester empat ini semuanya merubahnya.

aku tidak lagi sendiri. ada aldi yang menemani hariku
aldi seperti tawon yang menyengat tubuhku, ada getaran saat ku harus berdampingan dengannya
desiran hasrat yang tak bisa ku bendung, diriku seperti terbawa kepada lima tahun yang lalu
aku merasa berwarna dan muda!
usia kami terpaut jauh sekali tetapi dengan usia yang jauh kami saling mengisi
aku pernah berandai memiliki pacar seperti dia, aku baru dapatinya sekarang
telat! seharusnya di usiaku, aku harus lebih serius dan hati-hati memilih cinta yang harus ku cintai.

aku juga sama dengan kalian, sepi yang makin lama menggrogotiku menumpulkan logika ku
aku hanya ingin bersenang-senang. aku menyukainya.
pertama kalinya aku berani berhubungan dengan beda agama, aku tidak merasa mereka itu seperti tawanan yang harus dihindarkan
semua orang yang melihat kita akan heran, aldi dengan tatto dan tindikannya jalan dengan perempuan seperti aku.
aku acuhkan tatapan-tatapan heran yang lewat di depanku. tidak ku perdulikan jika mereka berkata, 'kenapa bisa?'

ketika ku harus menceritakan ini ke seorang teman, ia hanya berkata
"are you happy?"
sulit sekali berkata jujur, sebetulnya aku bahagia sekali!
tetapi ku tahu ini adalah sebuah kesalahan, tidak seharusnya aku menjalani ini semua

perjanjianku dengan diriku, ini hanya sebuah permainan, yang akan ku hentikan secepatnya.
aku yang memegang kendali akan ini semua.
malamku berubah menjadi warna-warni, setiap matanya masuki saraf mataku, aku seperti tersengat dan terasa menjadi bisa di mataku
ingin ku habisi sisa penghujung malam dengannya

kita selalu lewati segalanya. berdua.
ia dengan setia mendatangi dimana aku berada, tidak membiarkan aku lelah menaiki kendaraan umum
lelakinya memanggil dirinya selalu melindungiku, dimana pun!
ia tidak membiarkan aku berjalan di malam hari, tidak mengizinkan aku untuk pulang sendiri
aku seperti luluh akan sikapnya. ia bukan lelaki yang membeli hatiku dengan uang
tetapi kesediannya yang pelan-pelan melumpuhkan aku

ia paham betul, aku tidak percaya padanya
dari perbedaan agama dan umur, aku hanya percaya pada diriku, kalau ia hanya main-main
ia selalu menepis anggapanku, pelan-pelan ia tunjukkan keseriusannya
aku hanya tersenyum, aku hanya mengganggap itu hanya andrenalin usia mudanya.
ku biarkan ia dengan sikapnya, aku menyukainya.

senang bisa memeluk punggungnya yang hangat, dan merebahkan di bahunya saat lelah melanda malamku
ia mulai membuat diriku seperti candu
sensasi itu harus ku hindari, aku akan bertindak semakin jauh dan sangat menjauhi logika ketika aku sudah bermain dengan kesenanganku. ini memang harus dihentikan.

tetapi Tuhan berkata lain, Tuhan tahu aku akan susah menghentikannnya
hanya semalam, permainanku berakhir.
aku menangisi malamku, dengan mata terbuka dan air mata yang terus mengalir aku nantikan subuh
ku perjakai malam dengan tangisan kepergiannya
permintaan ibu dan bapakku yang memintaku menjauh darinya. berakhir sudah.

aku seperti tapaki hari sepi, mungkin ragaku ada diantara mereka
mereka yang sibuk menapaki kota Jakarta, dan Jakarta terlihat sepi dimataku
aku kembali menangis, ku pasang kaca mata seolah debu masuki mataku dan perih yang membuatku menangis

pagi setelah kami putus. aku masih dengan air mataku.
senin tidak ceria untukku dan untuknya.
berulang kali aku menatap telepon genggamku, seperti ada yang hilang
sapaan pagi yang melekat, kini telah berakhir

akhirnya ia menyerah dan kembali menghubungiku, sekejap senyumku kembali dengan sempurna
aku yakini diri, aku tidak kehilangan dirinya. ia masih ada untukku.

ku poles kembali wajahku dengan dandanan palsu, siap menghadapi hari dan kembali bekerja dengan ceria.
seminggu kami telah resmi tidak menjalin hubungan apa-apa.
tidak membuat ibuku dan bapakku yakin aku telah berhenti komunikasi dengannya
ku harus mengikat kalimat untuk mereka, menuruti inginnya mereka.

aku tidak tahu, Tuhan
mengapa semua terlihat salah dan hina
aku tidak menganggap perbedaan itu hina, kami memang beda keyakinan, tapi mereka juga ciptaan-MU
aku hanya mendoakan, semoga mereka bisa diberikan hidayah-Mu
tetapi tidak dengan mereka, mereka inginkan aku tidak lagi bertegur sapa dengannya.

aku seperti anak kecil yang kehilangan sepeda kesayangannya
pohon kembali semi, gugur yang temani langkahku
ia pelan menjauh dari kehidupanku
susah sekali aku mengajak diriku untuk berlogika, aku dan perasaanku masih menginginkannya

aku kembali sepi
aku kembali ke dunia sepiku
ribuan sesak hidupi malamku
kirana kembali gugur, jika sakura pernah indahi tubuhnya
kini sakura itu entah kapan lagi bisa bersemi di matanya.

kirana, jika kau sanggup untuk kembali bercerita
maka goreskan lukamu disini, anggap indra ada dalam harimu
cukupkan dirimu disini.
jika kau rindukan ia, goreskan disini, kirana
ku mohon, nyalakan kembali cahaya di matamu

kau terlalu istimewa dimata, kir!
bercahayalah selalu
untuk kepulanganmu malam ini, izinkan aku memelukmu erat
rebahkan sepi di bahuku. ku temani malammu tanpa syarat :)
tegar kirana, ku yakin kau yang terhebat!