Kamis, 25 Desember 2008

ternyata dia

tak pernah dia mengeluh
tak pernah dia menangis
meski aku selalu berkata kasar
dia hanya tersenyum
aku memang tak akan pernah tahu sakitnya dia ketika aku mengasarinya

dia selalu diam-diam menangis di malam hari
menangisiku dan berharap pada Tuhan aku tidak akan pernah berdosa
Tuhan menginginkan lain,
saat itu juga Tuhan langsung menghukumku
malam itu, aku sakit panas, kejang-kejang dan muntah-muntah

bagai binatang yang tahu tari diri
aku mensebut-sebut namanya
memintanya menyanggahku kekamar mandi
dengan telaten dia merawatku

dan kembali meminta pada Tuhan,
'ya Tuhan, jangan Kau hukum anakku, aku ikhlas dicacinya karna aku memang seorang ibu yang tak pantas dikasihi, ampunkan dia Tuhan, sembuhkanlah dia'.

aku menangis pilu, hatiku sakit
perasaan bersalahku padanya membuatku tak sanggup melihat mata sayunya
ku beranikan diri menatapnya lebih lama lagi

siapa sosok didepan ku kini?
aku melihat seorang ibu tua yang kulitnya mulai kecoklatan, banyak sekali kerutan di tangannya, dan matanya mengatakan kelelahan dalam menjalani hari
apakah itu Ibu-ku?
ya Tuhan, itu memang benar Ibu-ku
sihir memasuki diriku, seketika kejang ku pun hilang
ku peluk Ibu, ku cium kaki indahnya
meratap dan meronta padanya
memohon keikhlasan ampunan

Tuhan, maafkan aku, dunia membuatku gelap
aku tak sadar telah melukai hatinya, mengganggapku diriku lah yang paling tahu akan dunia
ku tlah melukai hatinya
Tuhan, jadikan dia penghuni surga-Mu, jangan pernah siksa dia
ambil nyawaku untuknya
maafkan aku Ibu, ku tlah lupa padamu

Tidak ada komentar: