Kamis, 25 Desember 2008

seharusnya

aku selalu menunggu di bawah kaca tua itu
kusen yang mulai merayap seakan menyatakan kesedihanku
lambat ku tatapi hujan yang turun
biasnya menggambarkan dirimu ditengah hujan
nafsuku mengejar dirimu
berlari dibawah badai mengejar bayangmu
dimana dirimu?
petir berulang kali memanggilku
berjuta-juta lem melekat di tumitku
habis dayaku
tak akan sanggup ku menopang diriku
aku kehilanganmu
aku mengasihani diriku
aku tak selemah itu tanpanya
tapi aku memang lemah tanpanya
lagi-lagi, ku biarkan petir memarahiku
aku memang sudah tak punya akal sejak dia merasuki tubuhku

Tidak ada komentar: