Sabtu, 12 Juni 2010

untuk siapa?

untuk siapa kita dedikasikan hidup ini?
untuk siapa kebanggaan yang sudah kita raih?
untuk siapa keringat kita ini?

aku sebagai anak, yang tidak bisa berbuat banyak kepada kehidupan
memiliki aturan dan peraturan
adakah larangan yang bisa dilanggar?
dan siapa yang bisa menghukum itu semua?


pertanyaan itu mengalir setelah menutup perbincangan dengannya
sebuah pemikiran yang berat untuk dijawab sekarang
dan harus hati-hati untuk melangkahkan itu semua
bukan anak kecil lagi yang bisa memainkan ketapel dan mengarahkannya ke segala arah
tapi bagai seorang TNI yang diberikan amanah, dimana dan kapan harus menembak
bukan hanya dari aba-aba tapi ada logika dalam keputusan itu

untuk seakarang apa kah harus hati itu terlibat?
apa harus kugunakan logika untuk mencerna ini semua
harus aku apakan semua tabung-tabung itu

yang sudah ketebak seperti apa dan bagaimana
dia dan kehidupannya
aku dengan kehidupanku
aku yang paham akan kondisi ini dan aku yang harus dibebankan untuk menentukan
karena, aku tahu apa yang akan terjadi bila keberlangsungan ini menggunakan lebih banyak waktu lagi

dan kembali ku tanyakan pada diriku,
untuk siapa diri ini ku dedikasikan?
orang tua kah?
kalau iya, mari kita gunakan aturannya, untuk mendapatkan hasil yang bagus
dan untuk pengorbanan mereka yang telah memperjuangkan kelangsungan hidupku

kalau bukan untuk mereka, untuk siapakah?
diriku?
aku hanya seorang anak yang belum tahu apa arti kehidupan
umurku yang belum cukup dewasa untuk mencerna apa itu hidup
aku yang baru meraba kerasnya hidup
aku yang tidak ada pengalaman apa-apa
merasa tidak boleh membantah kepada siapa saja yang telah lama berkenalan dengan kehidupan

lalu bagaimana jika hidup ini tidak sempurna didesikan untuk orang tua?
haruskah aku kembali pada suatu sudut merasakan penyesalan dan penunjukkan ancaman pada diri bahwa tidak bisa mengampuni kesalahan sendiri

aku tidak tahu tepatnya
jawabannya masih ku cerna dan masih lama untuk ditorehkan bersama

karena pertanyaan akan tetap menjadi pertanyaan
hingga waktu mengizinkan kita berdiri ditempat terdepan, 50 masa yang jauh untuk menengok ke belakang

kusimpan tanya ini malam ini
biarkan malam menemani subuh
dikala subuh berganti
akan kurebahkan bahu ini, melenyapkan keletihan ini
semoga hari esok, cahayanya akan selalu menjadikan kita semangat
menyongsong hari demi hal yang lebih baik
dan selalu berlari menjadi yang terbaik, jangan letih sayangku!

Tidak ada komentar: