Minggu, 11 Januari 2009

akhirnya

tak secerah langit pagi ini
tak sebahagia burung berkicau
tak seindah mawar yang sedang mekar
tak sewangi melati yang berkembang
keretamu pergi meninggalkanku
hanya peron kosong yang kupandangi
pemandangan mata yang menyesakkan
mereka berpelukan dan saling berjabat tangan untuk meninggalkan kesan
tapi berbeda dengan kita
aku selalu mengikutimu
membaca tiketmu, mencoba ikut berpergian denganmu
tapi sayangnya kau lah orang terakhir yang mendapatkan tiket itu
tak ada lagi bangku kosong untukku
ingin ku selundupkan diri ini hanya untuk melihatmu
tapi itu hal yang tak mungkin untukku
tahu kah kamu, semalam sebelum keberangkatanmu
aku ada dimana?
semalaman menantimu di atas rel
membayangkan keretamu datang, dan aku duduk diatas bangku yang akan kau duduki
diam sesaat, membayangkanmu
ku hamparkan seluruh energi ku di bangkumu
ingin ku kau merasakan hadirku
aku menaruh tanganku disisi bangku
berharap saat kau memeganginya kau bisa menggenggam tanganku
malam ini, aku sudah benar-benar kehilangan logikaku
entah setan apa yang merasuki pikiranku hingga tak mau lepas dari bayanganmu
aku juga tak yakin seberapa ingin ku padamu
tapi hanya kau yang bisa menyamankan egoku
itulah cerita malamku
bersama fajar menantimu di pinggir kereta
hingga pagi mendatangkan hiruk pikuk
dan membawamu kesini untuk berlari
kereta sudah siap
dan kau t'lah menggenggam angan yang baru
khayalku kau berbalik dan merasakan hadirku di balik pilar
mengagetkan aku dan membawaku keluar dari kota ini
sangat ku kepal tanganku, menahan air yang seharusnya tidak akan meleleh
menahan lemahnya hati dan jiwaku
hanya lagu yang bisa ku ulang-ulang di dalam otakku
melihatmu pergi tanpa berpaling
selamanya dan tak akan pernah kembali

Tidak ada komentar: