Sabtu, 17 April 2010

bukan pemilih

apa yang ditunggu lagi?

banyak yang nanya seperti itu ke gue.
enggak ada kok yang gue tunggu lagi
tapi emang segampang itu ngejalanin kehidupan berumahtangga?
emang udah punya apa aja?
ilmu udah banyak kah?
ilmu itu luas, dan ilmu enggak akan habis bila di gali
rumah tangga itu kompleks. banyak komponen di dalamnya
kalo ilmunya sedikit, bisa untuk ngehandle segalanya?

mungkin banyak orang bilang, itu tinggal diikutin sejalannya waktu dan semua bisa teratasi dengan berdua, kalo enggak berani melangkah, enggak akan tau sampe batas apa kemampuan kita
pernyataan seperti itu, memang bener. tapi, tetep bagi gue semua itu harus menjadi poin penting.


ngajak nikah itu bukan main-main lhoo
ada yang ngajak nikah gue, kaya ngajak pacaran.
segala niat baik, pasti gue terima, keputusannya itu yang mesti dipikirkan
tapi kalo yang ngajak nikahnya minta bantuan jasa pak pos, gimana gue mau nilai orang itu?
buat pernyataan meminta aja, tidak berani secara langsung

mungkin bagi dia, juga bukan main-main untuk berbicara serius
tapi, sejak 'pembicaraan' serius sama dia, gue belum melihat perubahan yang baik di dianya
segala yang tidak baik, pasti nyampe di kuping
bukan gosip dari orang-orang, tapi kenyataan yang kebetulan saat itu terjadi disaksikan oleh orang lain

malah gue nya, yang dianggep orang, pemilih.
no!! gue enggak milih-miih, tapi memang wajar kan memilih untuk yang terbaik?
semua orang juga begitu.

gue tipe orang yang bosenan. gampang bosen sama orang.
bisa enggak bosen kalo gue nyaman sama dia
kalo gue enggak bisa nyaman, gimana gue mau jalan sama dia?

bukannya blagu. faktanya seperti itu. gue bukan orang yang pintar untuk menutupi kepura-puraan. maaf, kalau ada yang tersinggung, enggak bermaksud untuk menungging.

agama gue kacrut, ilmu gue minim.
masa, anak gue harus menerima kekacrutan gue juga? suami itu imam, suami itu pemegang nahkoda
kalo suaminya enggak bisa megang arah kiblat, mau dibawa kemana para penumpangnya?

eh malah ada yang nyeletuk, 'kalo gitu fe, elo cari aja orang santri di mesjid'
kenapa ya bagi mereka, menjadi imam itu gampang dan bagi mereka, imam itu hanya ng-imam-in sholat, kan bukan itu aja...


bagi gue dia harus mengerti,
arti 'wanita' seorang wanita, bisa menghargai seorang 'istri', dan mengerti perjuangan seorang 'ibu'.

bisa?

Tidak ada komentar: