Rabu, 18 November 2009

Menunggu desember

Ku termenung dalam hitam
memandangi derasnya hujan yang menyerang
selalu ku selipkan satu doa saat hujan

semakin hanyut dalam dinginnya
semakin terasa ruangan ini menjadi panas
dan tak terasa air mataku kembali mengurai

kisah-kisah yang ku nanti
tapi belum bisa ku merengkuhnya

kini Tuan seolah menghadirkan pantulan
entah kapan aku bisa meyakini diri
sepertiga malamku seolah bercerita sebuah pengharapan

mencoba memisahkan aku dan nafsu
ku pendam erat rasaku
dan malam mencatat keluhku

'ini bukan derita',bisikku

jika Dia menunjukkan emasNya
dan alam mengikuti arahNya
bisakah ku berdiri kembali
menanti senyum yang hadir

berjuta kali ku lontarkan kegalauan ini
dan tak mungkin aku bertahan bagai kapal yang tak bisa menepi
saat ombak dapat ku tiduri dengan tenang
disitulah ku ingin lelap menghapusku

jika setelah hari itu
kau menetapkan jawabanmu
aku akan lebih berat berjalan kepadamu
mengencamkan petuahmu dalam benakku
tapi aku punya asa yang tak mungkin ku letakkan tanpa palingan

haruskah Tuan mengambil andil antara kamu dan aku?
dan haruskah kamu dan aku meredam?

Tidak ada komentar: