Senin, 21 September 2009

ketika indah mengabu

kamu tahu rasanya?
ini sangat tidak mengenakkan untukku
aku tak ingin memiliki ini
tak ingin menjadi tuan akan rasa ini
ku tersikta akan waktuku
detikku serasa mencekam
kencang dan kadang melemah hingga tak berdaya
bila sudah begini, siapa yang akan bertanggungjawab?
apakah kamu?
jika kamu mengerti akan setitik rasa ini
aku diam dalam ruang penuh cahaya
selalu cahaya sore yang mengingatkanku
betapa aku sangat mencintai cahaya sore
dan seketika itu lah, aku menginginkanmu

ku sakralkan diri ini
akan ku perlebar jalan ini ketika mereka sudah menyaksikan janjimu
jika malam-malamku kini tersiksa akan senyummu
ku ingin kita menjauh
tak ingin ku nodai hatiku
ku relakan engkau mencari pucuk yang terbaik
jika kau kelak yang ditunjuk oleh-Nya
maka hitammu akan kucintai
pedihmu akan ku obati
hanya satu pintaku
izinkan aku untuk memeluk punggungmu kapan saja ku mau
punggungmu yang hangat dan belaianmu yang menenangkanku
mengalirkan kedamaian dalam jiwaku
dan kembali ku relakan engkau
ketika waktumu sudah memanggil untun menghadap Yang Maha
bibirku selalu bergerak mendoakanmu
akan kembali mengabu hari-hariku
kau redupkan warna-warnimu dan kau gantikan dengan abu
yang selalu menahanku untuk tidak mati

Tidak ada komentar: