Senin, 27 April 2009

tenangmu sadarku

kau berbeda dengan harum ditanganmu
tak pernah mencoba membuka tutupmu itu tapi wangimu menarik hati yang melintas
bagai ombak yang harus ku tahan, derunya menantangku untuk berlayar
tapi untuk apa semua itu? toh, kamu tidak akan ada di laut itu
ingin aku berjalan pelan dan tetap pada garis yang kau tentukan
tapi kesenanganku pada pedang lebih memaksaku untuk melumpuhkanmu
dan itu tidak boleh terjadi

aku tidak mau akan berlalu bagai petir yang sudah menunaikan salaman dengan langit
letakkan aku pada langitmu
jadikan aku seperti tanganmu
baluri aku dengan baitmu
aku tak akan berlari menggapai langitku
kan ku pendam cahaya pisau yang menggodaku
karena lelahku bila harus mengarungi kembali
membawaku pada tempat semula
tanpa berkata lagi aku diam, sejak kau memutuskan aku untuk bertahta mahkota emas
bagimu aku bukan jingga, tapi kau juga tidak ingin mengatakan emas

tak apa wahai tuan, tenangkan saja jiwaku untuk selalu menunggu hangatmu

Tidak ada komentar: